Minggu, 25 November 2018

Perkembangan Kognitif Anak

Taukah anda bahwa orangtua seringkali tidak  menyadari mengenai perkembangan anaknya mengalami keterlambatan. Setiap anak punya keunikan tersendiri dan kecepatan perkembangan yang berbeda., Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan anak umumnya cukup besar. Misalnya anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18 bulan, sehingga sering terjadi perbedaan perkembangan di antara anak seumurannya.
Untuk itu, orangtua perlu mengenal aspek perkembangan anak seperti dikutip dari akun Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), @idai_ig.

Aspek perkembangan Anak :
           
1. Aspek perkembangan anak usia dini yang berfokus pada perkembangan fisik ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otak, serta keterampilan motorik kasar dan motorik  halus. Perkembangan motorik kasar ditandai dengan aktifnya anak bergerak, melompat, dan berlarian, terutama di usia 4-5 tahun. Semakin bertambah usia anak, maka semakin kuat pula tubuhnya. Bila perkembangan fisik berjalan dengan baik, maka ia pun semakin  piawai menyelaraskan gerakan tubuh dengan minat ataupun kebutuhannya.

2. Aspek Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, Teori perkembangan kognitif (cognitive theory) yang banyak digunakan saat ini adalah yang dikemukakan oleh Jean Piaget, seorang profesor psikologi dari Universitas Geneva, Swiss. Ia menyatakan bahwa anak-anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Sebagai bagian dari aspek perkembangan anak usia dini, perkembangan kognitif anak dibagi Piaget ke dalam 4 tahap, yaitu:
Tahap sensorimotor (0-24 bulan), Pada masa ini, kemampuan bayi terbatas pada gerak refleks dan panca inderanya. Bayi tidak dapat mempertimbangkan kebutuhan, keinginan, atau kepentingan orang lain. Maka dari itu, bayi dianggap “egosentris”.
Tahap praoperasional (2-7 tahun), Pada masa ini, anak mulai dapat menerima rangsangan, tetapi sangat terbatas. Ia juga masih “egosentris” karena hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri. Kemampuan berbahasa dan kosakata anak juga sudah berkembang, meski masih jauh dari logis.
Tahap operasional konkret (7-11 tahun), Pada masa ini, kemampuan mengingat dan berpikir secara logis pada anak sudah meningkat. Anak juga sudah mengerti konsep sebab akibat secara rasional dan sistematis. Kemampuan belajar konsep meningkat, sehingga anak mulai dapat belajar matematika dan membaca.
Tahap operasional formal (mulai umur 11 tahun), Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran. Kemampuan ini akan membantu anak melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia nyata.

3. Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, Periode kritis dalam perkembangan kemampuan bahasa terjadi sejak bayi baru lahir sampai dengan usia lima tahun. Kemampuan berbahasa anak tumbuh dan berkembang pesat selama masa prasekolah. Sebagai salah satu aspek perkembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat menjadi indikator seluruh perkembangan anak. Pasalnya, melalui kemampuan berbahasa dapat pula dideteksi keterlambatan ataupun kelainan pada sistem lain, seperti kemampuan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar anak.

4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional Anak Usia Dini, Aspek perkembangan anak usia dini ini sesungguhnya telah dimulai sejak bayi dilahirkan. Dari segi emosional misalnya, dapat dilihat dari berbagai contoh sikap bayi, misalnya tersenyum atau menghentak-hentakkan kaki saat ia senang. Atau, menangis untuk mengekspresikan rasa tidak senang atau tidak puasnya. Pada masa pertumbuhan, anak cenderung mengungkapkan emosinya dengan gerakan otot, seperti melempar, membanting, ataupun memukul barang. Namun, dengan bertambahnya usia, reaksi emosional umumnya akan berubah menjadi verbal alias pengucapan perasaan atau kata-kata tertentu.

Apa itu Psikologi?

Taukah anda apa itu Psikologi?
 
 
Psikologi berasal dari bahasa inggris yaitu psychology yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Yunani, yaitu: psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara umum psikologi dapat diartikan sebagai ilmu jiwa. Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuan dan para filsuf, seperti yang dikemukakan oleh Reber yaitu untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku yang beraneka ragam makhluk hidup, mulai yang primitif sampai yang paling modern. Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuan dan filsuf, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada diluar kaidah keilmuan dan etika filsafat. Kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tidak dapat dibebankan begitu saja sebagai bagian psikologi. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang sudah mandiri  pada tahun 1879 M, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat, yang hingga kini (sekarang) masih terlihat pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan untuk menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ secara biologis (jasmani). Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Karena kontak dengan berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam defenisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti: 1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life), 2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind), 3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior).