Taukah anda bahwa orangtua seringkali tidak menyadari
mengenai perkembangan anaknya mengalami keterlambatan. Setiap anak punya
keunikan tersendiri dan kecepatan perkembangan yang berbeda., Kisaran
waktu pencapaian tiap tahap perkembangan anak umumnya cukup besar.
Misalnya anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10
hingga 18 bulan, sehingga sering terjadi perbedaan perkembangan di antara
anak seumurannya.
Untuk itu, orangtua perlu mengenal aspek perkembangan
anak seperti dikutip dari akun Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
@idai_ig.
Aspek perkembangan Anak :
1. Aspek perkembangan anak usia
dini yang berfokus
pada perkembangan fisik ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan,
perkembangan otak, serta keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar ditandai dengan aktifnya anak bergerak, melompat,
dan berlarian, terutama di usia 4-5 tahun. Semakin bertambah usia anak, maka
semakin kuat pula tubuhnya. Bila perkembangan fisik berjalan dengan baik, maka
ia pun semakin piawai menyelaraskan gerakan tubuh dengan minat ataupun
kebutuhannya.
2. Aspek Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, Teori
perkembangan kognitif (cognitive theory) yang banyak digunakan saat ini adalah
yang dikemukakan oleh Jean Piaget, seorang profesor psikologi dari Universitas
Geneva, Swiss. Ia menyatakan bahwa anak-anak memiliki cara berpikir yang
berbeda dengan orang dewasa. Sebagai bagian dari aspek perkembangan anak usia
dini, perkembangan kognitif anak dibagi Piaget ke dalam 4 tahap, yaitu:
Tahap
sensorimotor (0-24 bulan), Pada masa ini, kemampuan bayi terbatas pada gerak
refleks dan panca inderanya. Bayi tidak dapat mempertimbangkan kebutuhan,
keinginan, atau kepentingan orang lain. Maka dari itu, bayi dianggap
“egosentris”.
Tahap
praoperasional (2-7 tahun), Pada masa ini, anak mulai dapat menerima
rangsangan, tetapi sangat terbatas. Ia juga masih “egosentris” karena hanya
mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri. Kemampuan
berbahasa dan kosakata anak juga sudah berkembang, meski masih jauh dari logis.
Tahap
operasional konkret (7-11 tahun), Pada masa ini, kemampuan mengingat dan
berpikir secara logis pada anak sudah meningkat. Anak juga sudah mengerti
konsep sebab akibat secara rasional dan sistematis. Kemampuan belajar konsep
meningkat, sehingga anak mulai dapat belajar matematika dan membaca.
Tahap
operasional formal (mulai umur 11 tahun), Pada masa ini, anak sudah mampu
berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran. Kemampuan ini akan membantu
anak melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia
nyata.
3. Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, Periode
kritis dalam perkembangan kemampuan bahasa terjadi sejak bayi baru lahir sampai
dengan usia lima tahun. Kemampuan berbahasa anak tumbuh dan berkembang pesat
selama masa prasekolah. Sebagai salah satu aspek perkembangan anak usia dini,
kemampuan berbahasa dapat menjadi indikator seluruh perkembangan anak.
Pasalnya, melalui kemampuan berbahasa dapat pula dideteksi keterlambatan
ataupun kelainan pada sistem lain, seperti kemampuan kognitif, sensorimotor,
psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar anak.
4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional Anak Usia
Dini, Aspek
perkembangan anak usia dini ini sesungguhnya telah dimulai
sejak bayi dilahirkan. Dari segi emosional misalnya, dapat dilihat dari
berbagai contoh sikap bayi, misalnya tersenyum atau menghentak-hentakkan kaki
saat ia senang. Atau, menangis untuk mengekspresikan rasa tidak senang atau
tidak puasnya. Pada masa pertumbuhan, anak cenderung mengungkapkan emosinya dengan
gerakan otot, seperti melempar, membanting, ataupun memukul barang. Namun,
dengan bertambahnya usia, reaksi emosional umumnya akan berubah menjadi verbal
alias pengucapan perasaan atau kata-kata tertentu.