REVIEW JOURNAL
PENGEMBANGAN KREATIFITAS DAN KEBERBAKATAN
Disusun :
Shintias Marti Evinata
16515555 / 3PA09
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
REVIEW JURNAL
MENJADI ORANG KREATIF
SEPANJANG MASA
ABSTRACT
Everyone want to be a
creative person but sometime they can’t know how to improve their potencies,
aptitute, attitude and personality in order to make their creativity. Actually
everyone can develop and improve their potencies, competency and energies to
increace the quality of life. They must build the awareness and vision to reach
the hope and dream of the future time.This article want to describtion on the
creative person.
PENDAHULUAN
Sri Catur Utami
Munandar (1997), seorang professor psikologi keberbakatan dan kreatifitas dari
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menyatakan bahwa kreatifitas
merupakan sebuah proses. Ini artinya bahwa untuk menjadi orang yang kreatif,
seseorang harus melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada tujuannya agar
dapat tercapai dengan baik. Kreatif tidak langsung dicapai dalam waktu yang
singkat, akan tetapi mungkin memerlukan perjuangan keras tanpa mengenal putus
asa. Kecerdasan saja tidak akan menjamin seseorang untuk menjadi pribadi yang
kreatif, sukses dan bahagia, bila orang itu hanya puas dengan kecerdasannya
tanpa berpikir bagaimana meningkatkan dan mengembangkan potensi-potensi
bakatnya secara maksimal.
Abraham Maslow (Hall,
Lindzay & Campbell, 1998), seorang ahli psikologi humanistic mempercayai
bahwa kemampuan manusia untuk mengatasi segala kelemahannya merupakan
perwujudan dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization).
Mengaktualisasikan diri berarti memberdayakan seluruh potensi, bakat,
intelektual, kreativitas dan minat individu untuk mencapai suatu prestasi tertentu
sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Albert Einstein,
tokoh genius dan sekaligus kreatif. Kegeniusannya terjadi dengan penemuan teori
relativitas yang sangat menggegerkan dunia. Eistein berpendapat bahwa genius
dan kreatif memang perlu, akan tetapi harus disertai dengan kehidupan agama
yang baik, agar mereka tidak menyalahgunakan kegeniusannya untuk hal-hal yang
mencelakan umat manusia. Ilmu tanpa agama adalah buta, tetapi agama tanpa ilmu
maka akan lumpuh. Keduanya harus seimbang dan saling melengkapi antara satu
dengan yang lain.
Bagaimana menjadi
cerdas dan kreatif? Sejak penemuan teori inteligensi ganda (multiple
intellegences) oleh Howard Gardner, maka perkembangan kreativitas menjadi
sangat pesat, karena seseorang tidak lagi merasa alergi terhadap hasil tes
inteligensi yang menekankan aspek skor angka. Gardner membuat sebuah revolusi
besar terhadap pemikiran semua warga dunia terhadap momok psikotest. Masyarakat
selama ini berpandangan sangat sempit. Bahwa anak cerdas hanya dibuktikan
dengan nilai pelajaran matematika, fisika, kimia atau aljabar yang banyak
menekankan perhitungan angkaangka. Selain pelajaran tersebut, orang dianggap
tidak cerdas. Setelah melalui berbagai penelitian bertahun-tahun, Gardner
menyimpulkan bahwa tolok ukur kecerdasan tidak harus diukur dengan hasil pemeriksaan
psikotest, tetapi kecerdasan juga dapat dilihat dari karya yang dihasilkan
selama hidup seseorang.
Kreativitas bukan
hanya sebuah pemikiran yang keluar dari otak seseorang, akan tetapi merupakan
kombinasi dari hasil pemikiran dan komitmen untuk menindaklanjuti ide-idenya
agar terwujud sebuah atau beberapa buah karya/produk kreatif. Seorang ahli
kreatifitas, Edward De Bono, menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan upaya
proses kognitif yang ditandai dengan cara mencari solusi pemecahan yang tepat
terhadap suatu masalah yang sangat urgent (penting dan mendesak) dalam
kehidupan seseorang. Berpikir kreatif adalah sebuah proses artinya kemungkinan
seseorang tidak secara langsung akan memperoleh suatu solusi yang tepat
terhadap masalah yang dihadapinya. Karena itu, proses berpikir terus
berkesinambungan dan berkelanjutan guna menganalisa, mengevaluasi dan
mengklasifikasikan masalah-masalah yang sekiranya dapat segera diprioritaskan
untuk dipecahkan; serta menunda pemecahan suatu permasalahan yang rumit,
kompleks dan memerlukan waktu, energi serta dana yang cukup banyak. Berpikir
kreatif memang memiliki orientasi pada hasil kreatifitas, artinya selain
berupaya mencari suatu solusi yang tepat, seseorang tetap berkomitmen untuk
mencapai hasil, produk atau tujuan yang diinginkan sebelumnya. Tujuan tersebut
harus jelas dan terukur sesuai dengan konteksnya.
Bagaimana bertindak
kreatif? Tindakan kreatif adalah suatu keputusan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan dasar komitmen untuk menghasilkan suatu karya kreatif.
Tindakan kreatif secara langsung tidak akan menghasilkan karya kreatif, karena
karya kreatif dihasilkan melalui kegiatan yang terus-menerus sesuai dengan
suatu ide, pemikiran maupun pandangan yang telah dijadikan dasar bertindak.
Oleh karena itu, tindakan kreatif mungkin memerlukan banyak waktu, energi dan
biaya yang dikerjakan secara tekun, sabar dan teliti. Banyak orang yang hanya
dapat berpikir kreatif, akan tetapi tidak tahan, tidak sabar maupun tidak tekun
untuk mewujudkan pemikiran kreatif tersebut ke dalam karya yang kreatif. Bertindak
kreatif memang harus memperhitungkan faktor resiko yang akan ditanggungnya,
sebab tindakan kreatif belum menjamin dapat meraih suatu kesuksesan yang dapat
merubah hidup semakin baik.
Apakah motivasi
mempengaruhi kreatifitas? Motivasi utama orang bertindak kreatif adalah
keinginan untuk mengekspresikan potensi, bakat, intelektual, minat maupun
dorongan internal yang tak terbendung agar dapat mewujudkan suatu karya dan
produk kreatif. Orang bertindak kreatif bukan untuk memperoleh pengakuan maupun
penghargaan dari lingkungan social, akan tetapi lebih karena memang dirinya
terdorong harus bertindak kreatif agar menghasilkan produk kreatif. Bila
seseorang tidak memperoleh pengakuan social pun, maka ia tidak akan merasa
kecewa, stress, depressi atau frustasi, karena bukan untuk itu ia bertindak
kreatif. Yang menjai motivasi utama dalam diri orang kreatif adalah keinginan
untuk bertindak kreatif itu telah diwujudkan/diekspresikan dengan baik. Dengan
mengekspresikan tersebut maka seseorang akan memperoleh kepuasan dan kelegaan
batin yang mungkin tidak ternilai secara materi.
Kesimpulan
Menjadi orang Kreatif
merupakan sebuah proses jangka panjang, sehingga setiap orang harus
mengembangkan potensi kreatifnya sejak awal agar keinginan menjadi kreatif
benar-benar terwujud dengan baik. Tidak ada rumus maupun resep yang jitu untuk
mewujudkan pribadi yang kreatif, akan tetapi yang ada adalah bagaimana usaha
setiap orang untuk menjadi kreatif. Banyak usaha dan banyak jalan untuk menjadi
kreatif, tetapi semuanya tergantung dari masing-masing individu. Taraf
pendidikan bukanlah jaminan bagi seseorang untuk menjadi kreatif, akan tetapi
pendidikan memberi sumbangan besar bagi seseorang untuk memungkinkan berpikir
kreatif. Bila seseorang sudah menjadi kreatif, maka yang menjadi tuntutan ialah
bagaimana mempertahankan dan meningkatkan karya-karya kreatif. Dengan demikian,
keberadaan dirinya diterima dan diakui oleh masyarakat luas. Dalam dunia seni
kontemporer, tuntutan peningkatan kualitas suatu karya yang kreatif, menjadi
kebutuhan penting yang harus selalu diperhatikan oleh setiap orang. Dengan
demikian, orang kreatif selalu sadar dan terpacu untuk belajar secara
terus-menerus guna pengembangan diri tanpa henti. Cara ini adalah paling
efektif untuk menjadi kreatif sepanjang masa.
Daftar Pustaka
Atmowiloto, A, “Mengarang itu
gampang”, Gramedia, Jakarta, 1987.
Dacey, J. S & Lennon, K. H, “Understanding
creativity”, Jossey-Bass Publisher, San Fransisco, 1998.
Gardner, Howard, “Multiple
intellegences”, Pake Boook Press, London.
Harifa, Andrias, “Menjadi
manusia pembelajar”, Gramedia, Jakarta, 2002.
Gea, A A, Wulandari, APY & Babari, Y, “Relasi dengan diri sendiri”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.
Hall, C, Lindsay, J & Campbell, S, “Theories of personality”, Allyn and Bacon, Boston, 1998.
Hothersal, J, “History of psychology”,
Allyn & Bacon, Boston, 1999.
Munandar, Sri Utami Munandar, “Strategi
pengembangan keberbakatan dan kreatifitas”,Grassindo, Jakarta, 1997.
(Ed), “Kreativitas sepanjang
masa”, Pustaka Sinar Pustaka, Jakarta, 1988.
Santrock, J. W, “Lifespan development”,
McGraw-Hill, Boston, 1999.
Stumpf, J, “History of
philosophy”, McGraw-Hill, Boston, 1999.
Full Jurnal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar