Rabu, 29 November 2017



REVIEW JOURNAL

PENGEMBANGAN KREATIFITAS DAN KEBERBAKATAN


Disusun :
Shintias Marti Evinata
16515555 / 3PA09


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA




REVIEW JURNAL
MENJADI ORANG KREATIF SEPANJANG MASA
ABSTRACT
Everyone want to be a creative person but sometime they can’t know how to improve their potencies, aptitute, attitude and personality in order to make their creativity. Actually everyone can develop and improve their potencies, competency and energies to increace the quality of life. They must build the awareness and vision to reach the hope and dream of the future time.This article want to describtion on the creative person.

PENDAHULUAN
            Sri Catur Utami Munandar (1997), seorang professor psikologi keberbakatan dan kreatifitas dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menyatakan bahwa kreatifitas merupakan sebuah proses. Ini artinya bahwa untuk menjadi orang yang kreatif, seseorang harus melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada tujuannya agar dapat tercapai dengan baik. Kreatif tidak langsung dicapai dalam waktu yang singkat, akan tetapi mungkin memerlukan perjuangan keras tanpa mengenal putus asa. Kecerdasan saja tidak akan menjamin seseorang untuk menjadi pribadi yang kreatif, sukses dan bahagia, bila orang itu hanya puas dengan kecerdasannya tanpa berpikir bagaimana meningkatkan dan mengembangkan potensi-potensi bakatnya secara maksimal.
            Abraham Maslow (Hall, Lindzay & Campbell, 1998), seorang ahli psikologi humanistic mempercayai bahwa kemampuan manusia untuk mengatasi segala kelemahannya merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization). Mengaktualisasikan diri berarti memberdayakan seluruh potensi, bakat, intelektual, kreativitas dan minat individu untuk mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya.
            Albert Einstein, tokoh genius dan sekaligus kreatif. Kegeniusannya terjadi dengan penemuan teori relativitas yang sangat menggegerkan dunia. Eistein berpendapat bahwa genius dan kreatif memang perlu, akan tetapi harus disertai dengan kehidupan agama yang baik, agar mereka tidak menyalahgunakan kegeniusannya untuk hal-hal yang mencelakan umat manusia. Ilmu tanpa agama adalah buta, tetapi agama tanpa ilmu maka akan lumpuh. Keduanya harus seimbang dan saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
            Bagaimana menjadi cerdas dan kreatif? Sejak penemuan teori inteligensi ganda (multiple intellegences) oleh Howard Gardner, maka perkembangan kreativitas menjadi sangat pesat, karena seseorang tidak lagi merasa alergi terhadap hasil tes inteligensi yang menekankan aspek skor angka. Gardner membuat sebuah revolusi besar terhadap pemikiran semua warga dunia terhadap momok psikotest. Masyarakat selama ini berpandangan sangat sempit. Bahwa anak cerdas hanya dibuktikan dengan nilai pelajaran matematika, fisika, kimia atau aljabar yang banyak menekankan perhitungan angkaangka. Selain pelajaran tersebut, orang dianggap tidak cerdas. Setelah melalui berbagai penelitian bertahun-tahun, Gardner menyimpulkan bahwa tolok ukur kecerdasan tidak harus diukur dengan hasil pemeriksaan psikotest, tetapi kecerdasan juga dapat dilihat dari karya yang dihasilkan selama hidup seseorang.
            Kreativitas bukan hanya sebuah pemikiran yang keluar dari otak seseorang, akan tetapi merupakan kombinasi dari hasil pemikiran dan komitmen untuk menindaklanjuti ide-idenya agar terwujud sebuah atau beberapa buah karya/produk kreatif. Seorang ahli kreatifitas, Edward De Bono, menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan upaya proses kognitif yang ditandai dengan cara mencari solusi pemecahan yang tepat terhadap suatu masalah yang sangat urgent (penting dan mendesak) dalam kehidupan seseorang. Berpikir kreatif adalah sebuah proses artinya kemungkinan seseorang tidak secara langsung akan memperoleh suatu solusi yang tepat terhadap masalah yang dihadapinya. Karena itu, proses berpikir terus berkesinambungan dan berkelanjutan guna menganalisa, mengevaluasi dan mengklasifikasikan masalah-masalah yang sekiranya dapat segera diprioritaskan untuk dipecahkan; serta menunda pemecahan suatu permasalahan yang rumit, kompleks dan memerlukan waktu, energi serta dana yang cukup banyak. Berpikir kreatif memang memiliki orientasi pada hasil kreatifitas, artinya selain berupaya mencari suatu solusi yang tepat, seseorang tetap berkomitmen untuk mencapai hasil, produk atau tujuan yang diinginkan sebelumnya. Tujuan tersebut harus jelas dan terukur sesuai dengan konteksnya.
            Bagaimana bertindak kreatif? Tindakan kreatif adalah suatu keputusan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan dasar komitmen untuk menghasilkan suatu karya kreatif. Tindakan kreatif secara langsung tidak akan menghasilkan karya kreatif, karena karya kreatif dihasilkan melalui kegiatan yang terus-menerus sesuai dengan suatu ide, pemikiran maupun pandangan yang telah dijadikan dasar bertindak. Oleh karena itu, tindakan kreatif mungkin memerlukan banyak waktu, energi dan biaya yang dikerjakan secara tekun, sabar dan teliti. Banyak orang yang hanya dapat berpikir kreatif, akan tetapi tidak tahan, tidak sabar maupun tidak tekun untuk mewujudkan pemikiran kreatif tersebut ke dalam karya yang kreatif. Bertindak kreatif memang harus memperhitungkan faktor resiko yang akan ditanggungnya, sebab tindakan kreatif belum menjamin dapat meraih suatu kesuksesan yang dapat merubah hidup semakin baik.
            Apakah motivasi mempengaruhi kreatifitas? Motivasi utama orang bertindak kreatif adalah keinginan untuk mengekspresikan potensi, bakat, intelektual, minat maupun dorongan internal yang tak terbendung agar dapat mewujudkan suatu karya dan produk kreatif. Orang bertindak kreatif bukan untuk memperoleh pengakuan maupun penghargaan dari lingkungan social, akan tetapi lebih karena memang dirinya terdorong harus bertindak kreatif agar menghasilkan produk kreatif. Bila seseorang tidak memperoleh pengakuan social pun, maka ia tidak akan merasa kecewa, stress, depressi atau frustasi, karena bukan untuk itu ia bertindak kreatif. Yang menjai motivasi utama dalam diri orang kreatif adalah keinginan untuk bertindak kreatif itu telah diwujudkan/diekspresikan dengan baik. Dengan mengekspresikan tersebut maka seseorang akan memperoleh kepuasan dan kelegaan batin yang mungkin tidak ternilai secara materi.

Kesimpulan
            Menjadi orang Kreatif merupakan sebuah proses jangka panjang, sehingga setiap orang harus mengembangkan potensi kreatifnya sejak awal agar keinginan menjadi kreatif benar-benar terwujud dengan baik. Tidak ada rumus maupun resep yang jitu untuk mewujudkan pribadi yang kreatif, akan tetapi yang ada adalah bagaimana usaha setiap orang untuk menjadi kreatif. Banyak usaha dan banyak jalan untuk menjadi kreatif, tetapi semuanya tergantung dari masing-masing individu. Taraf pendidikan bukanlah jaminan bagi seseorang untuk menjadi kreatif, akan tetapi pendidikan memberi sumbangan besar bagi seseorang untuk memungkinkan berpikir kreatif. Bila seseorang sudah menjadi kreatif, maka yang menjadi tuntutan ialah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan karya-karya kreatif. Dengan demikian, keberadaan dirinya diterima dan diakui oleh masyarakat luas. Dalam dunia seni kontemporer, tuntutan peningkatan kualitas suatu karya yang kreatif, menjadi kebutuhan penting yang harus selalu diperhatikan oleh setiap orang. Dengan demikian, orang kreatif selalu sadar dan terpacu untuk belajar secara terus-menerus guna pengembangan diri tanpa henti. Cara ini adalah paling efektif untuk menjadi kreatif sepanjang masa.

Daftar Pustaka
Atmowiloto, A, “Mengarang itu gampang”, Gramedia, Jakarta, 1987.
Dacey, J. S & Lennon, K. H, “Understanding creativity”, Jossey-Bass Publisher, San Fransisco, 1998.
Gardner, Howard, “Multiple intellegences”, Pake Boook Press, London.
Harifa, Andrias, “Menjadi manusia pembelajar”, Gramedia, Jakarta, 2002.
Gea, A A, Wulandari, APY & Babari, Y, “Relasi dengan diri sendiri”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.
Hall, C, Lindsay, J & Campbell, S, “Theories of personality”, Allyn and Bacon, Boston, 1998.
Hothersal, J, “History of psychology”, Allyn & Bacon, Boston, 1999.
Munandar, Sri Utami Munandar, “Strategi pengembangan keberbakatan dan kreatifitas”,Grassindo, Jakarta, 1997.
(Ed), “Kreativitas sepanjang masa”, Pustaka Sinar Pustaka, Jakarta, 1988.
Santrock, J. W, “Lifespan development”, McGraw-Hill, Boston, 1999.
Stumpf, J, “History of philosophy”, McGraw-Hill, Boston, 1999.


Full Jurnal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar